Okey saya akan melanjutkan fanfic saya yang 'Hiden Love'
Tapi pake bahasa indonesia. Soalnya saya malez nulis pake bahasa inggris
OK
'Hiden Love'
Part 1
Falshback, 5 years ago
Ryosuke POV
"RYOSUKE-KUN!!!" Teriak Mirai kencang sekali, sampai terdengar di antartika *aneh2 ae*
"APA?! KAU MAU MEMEBUATKU TULI YA?'' Teriakku kembali ke Mirai, sahabatku dari kecil
"Hehehehe, peace Ryosuke, Peace" Katanya dengan nada senang
"Kau kelihatan aneh hari ini. Apa kau salah minum obat?" Tanyaku sambil meraba dahinya yang lembut, terasa seperti kain sutra di tanganku
"Tidak" Jawabnya singkat sambil nyengir aneh
"Lalu apa?" Tanyaku tak sabar pada sahabatku ini
"Kau tahu Watabe Daiki?" Tanyanya kembali padaku
"Oh, Watabe-Senpai?" Tanyaku kecut. Aku tahu jika Mirai sangat menyukai Watabe-senpai, dia adalah pangeran di sekolah kami, dia bagaikan seorang malaikat yang turun ke bumi hanya untuk menggoda gadis-gadis cantik di bumi. Aku tak tahu kenapa ia begitu terkenal, bagiku ia biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa darinya, atau mungkinkah karena aku seorang lelaki, jadi aku tak terpikat olehnya seperti para gadis-gadis itu.
"Ya...ya..." Jawabnya antusias, membuat hatiku tak tenang
"Ada apa dengannya?" Tanyaku lirih, berharap ada kabar ia pindah sekolah ke luar angkasa
"Dia...Dia..." Mirai tersenyum girang, seperti gadis kecil yang baru diberi permen oleh pangerannya
"Ya..." Aku tak sabar lagi ingin mendengar cerita dari Mirai
"Dia...Dia... . DIA MENYATAKAN CINTANYA PADAKU" Katanya girang. Membuat hatiku pecah menjadi berkeping-keping. Hancur, hatiku hancur berantakan. Dia benar-benar diberi permen oleh pangerannya. Permen cinta. Permen cinta yang menyakitkan hatiku, membuat hatiku berantakana. Sudah lama aku menyukai Mirai, tapi aku tak mempunyai keberanian untuk mengucapkan cintaku padanya. Dan sekarang semua sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur babak belur.
"Se...se...selamat, mi...mi...Mirai" Kataku pelan, mencoba menahan air mataku.
"Terima kasih Ryosuke, kau sahabatku yang paling baik, kau adalah orang pertama yang kuberi tahu mengenai ini" Kata mirai girang. Aku hanya tersenyum kecut oleh perkataannya yang membuat dadaku semakin sesak oleh kesedihan.
Sudah Sebulan mereka berkencan. Dan sudah sebulan hatiku pecah berantakan, melihat mereka bermesraan, berpelukan, dan setiap kali aku melihatnya meninggalkanku sendirian di pintu gerbang sekolah, hanya untuk berkencan dengan kekasih barunya. Setiap ucapan manisnya yang keluar untuk kekasihnya membuat hatiku teriris kecil-kecil menjadi ribuan, bukan jutaan, melebihi jutaan, milyaran, melebihi milyaran, tak terhingga jumlahnya, samapi aku yakin bahkan ahli matematika pun tak bisa menghitungnya, karena banyaknya, dan berantakannya.
Hidupku sudah tak berarti lagi baginya, dia hanya memikirkan kekasihnya yang super ganteng itu. Bahkan kadang ia lupa jika aku ada, itu terbukti waktu di kelas, aku datang duluan, dan membaca buku, ku lihat ia melangkahkan kaki ke bangku sebelahku. Aku pun menyapanya, tapi anehnya ia tak menyapaku kembali, bahkan ia tak menyadari keberadaanku. Aku pun melanjutkan membaca bukuku tanpa menghiraukannya. Beberapa menit kemudian ada seorang anak perempuan yang mendekatinya, dan berkata "Mirai, tolong berikan buku ini pada Yamada-kun, ya. Sepertinya sejak tadi ia tak mendengarku".
Sebenarnya aku mendengarnya, tapi aku malas menoleh. Dan tiba-tiba jawaban Mirai yang membuat semua orang yang melihat kejadian itu terheran-heran,
"Ryosuke? Bukankah ia belum datang?", jawabannya sangat menyakitkan, aku yang sejak tadi disini, berada di sebelahnya, ia tak menyadariku, sahabatnya sendiri.
Gadis itu terbengong mendengar jawaban Mirai yang sangat tidak masuk akal
"Mirai, dia sedang duduk di sebelahmu. Yamada-kun duduk disebelahmu sejak tadi, bukan?" tanya gadis itu keheranan
"Benarkah?" tanyanya sangat santai, dan menoleh ke belakang
"Oh, Ryosuke, sejak kapan kau duduk disini?" tanyanya kebingungan
"Aku disini sejak tadi, sebelum kau datang" Jawabku pahit
"Benarkah? Kenapa aku tak menyadari kau disitu? Kau pakai sihir ya?" Katanya setengah bercanda
"Tidak aku sejak tadi disini, bahkan aku menyapamu tadi, tapi kau tak membalasku. Apakah kau sedang memikirkan seseorang?" Tanyaku dingin pada Mirai
"Maaf Ryosuke" Katanya jahil
Hal itu sering terjadi hari-hari berikutnya. Mambuatku muak dengan semua ini.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan jepang. Aku ingin tinggal dengan ayahku, dan ingin meneruskan studiku di luar negri, di paris. Dan aku yang paling penting, aku ingin Mirai bahagia dengan Watabe-senpai tanpa bayang-bayangku di sekitarnya.
Selamat tinggal Miria, semoga takdir mempertemukan kita lagi
Sayonara...
To Be countinue to next part
PS: Maaf jika ada kesalahan mengetik, karena saya bukan penulis yang handal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar